Rabu, 13 Maret 2013

pengantar pendidikan

welcome to my blog
semoga berbahagia dan sejahtera selalu

resume pengantar pendidikan


UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
A.TUJUAN
Macam-macam tujuan pendidikan adalah sebagai berikut.
1.      Tujuan umum. Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan umum pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia sosial), dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
2.      Tujuan khusus. Adalah tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan.
3.      Tujuan tak lengkap. Adalah tujuan dari masing-masing aspek pendidikan.
4.      Tujuan insidental adalah tujuan yang timbul secara kebetulan. Secara mendadak, misal tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam kehidupan sekolah.
5.      Tujuan sementara. Adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fase-fase tertentu dari pendidikan.
6.      Tujuan perantara. Adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Misal mempelajari bahasa guna mempelajari literatur-literatur asing.
(Indrakusuma, 1973)

B.     PESERTA DIDIK
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami pendidik adalah sebagai berikut.
1.      Peserta didik memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
2.      Peserta didik merupakan individu yang sedang berkembang
3.      Peserta didik merupakan individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4.      Peserta didik memiliki kemampuan untuk mandiri.



C.     PENDIDIK
Sebelum membahas tentang pendidik, ada baiknya melirik sedikit maksud dari mendidik dan perbedaannya dengan mengajar.
      Secara teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengaetahuan atau keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain. ((Indrakusuma, 1973)
      Lain halnya mendidik, bahwa mendidik tidak hanya cukup dengan hanya memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak didik nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur.
      Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik .dan mendidik harus mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang tinggi.
Yang dimaksud dengan pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu, yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, pemimpin program pembelajaran dan latihan, serta masyarakat. (Luqman, 2008)


D.    ISI PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dalam proses pendidikan. Contohnya materi pelajaran, bimbingan dan konseling, pengayaan, dan bahan ajar. Isi pendidikan berlandaskan pada tujuan pendidikan, terutama di Indonesia adalah tujuan pendidikan nasional.
 Kriteria atau syarat utama dari isi pendidikan dan hal-hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam pemilihan materi pelajaran adalah sebagai berikut.
1.      Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
2.      Bahan/materi penting untuk diketahui oleh peserta didik
3.      Nilai praktis atau kegunaannya diartikan sebagai makna bahan itu bagi kehidupannya sehari-hari
4.      Bahan tersebut merupakan bahan wajib sesuai dengan tuntunan kurikulum
5.      Bahan yang susah diperoleh sumbernya perlu diupayakan untuk diberikan oleh guru.
(Tim, 2008)
E.     METODE PENDIDIKAN
Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam menetapkan apakah suatu metode dapat digunakan atau kurang tepat, ditentukan oleh beberapa faktor yaitu sebagi berikut.
1.      Tujuan yang ingin dicapai. Penentuan metode disesuaikan dengan apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran.
2.      Peserta didik. Penentuan metode perlu memperhatikan kondisi peserta didik, baik kemampuannya maupun karakteristiknya
3.      Guru. Keberhasilan suatu metode tergantung juga pada kemampuan guru membawakan metode tersebut.

F.      ALAT PENDIDIKAN
Alat pendidikan ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu terwujudnya pencapaian tujuan pendidikan.

Ada dua pengelompokan alat pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1.      Alat pendidikan yang bersifat tindakan, yaitu berupa upaya atau siasat dalam kaitannya dengan kewibawaan. Alat ini berfungsi preventif (pencegahan) yang mencakup teladan, anjuran, suruhan, pengarahan, dan pembinaan dan berfungsi represif (reaksi setelah ada perbuatan) mencakup syarat, pujian, hadiah/ganjaran, teguran, dan hukuman.
2.      Alat pendidikan yang berupa keberadaan sebagai alat bantu yang lazim disebut sebagai sarana pengajaran seperti alat pengajaran. Fungsinya sebagi alat bantu banyak sekali yaitu untuk merekam, manipulatif, stimulatif, mengingatkan kembali, memperagakan, mengaktifkan respon murid, evaluatif, dan sebagi umpan balik.

Berdasarkan pembahasan di atas, alat pendidikan sangat banyak jenisnya, baik alat pendidikan yang berupa tindakan maupun alat pendidikan yang berupa benda (alat bantu pengajaran). Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah suatu upaya atau tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda/alat yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pendidikan

G.    LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Pengertian lingkungan pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri individu. Para ahli membedakan jenis lingkungan pendidikan menjadi dua, yaitu sebagi berikut.
1.      Lingkungan Alam
Adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang berada di luar diri anak yang selain manusia, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung, rumah, dan sebagainya.
2.      Lingkungan Sosial
Adalah semua manusia yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya adalah teman sekelas, tetangga, dan sebagainya.

Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan dibedakan atas:
1)      keluarga;
2)      sekolah; dan
3)      masyarakat.


Referensi:
Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional
Luqman, Ahmad. 2008. Pengantar Pendidikan (Resume). Jakarta: FMIPA UM
Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar Pendidikan. Padang: FIP UNP


Lingkungan pendidikan


A.    PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
(Hartoto:2008)

B.     JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

1.       Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Disini peranan oang tua terutama ibu sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga.


Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a)      Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern.
Secara sederhana pendidikan prenatal dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar dan selamat.
b)      Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.
2.      Sekolah
Tentunya tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu orang tua menyekolahkan anaknya agar bisa lebih baik lagi di bidang ilmu pengetahuan dan keterampilannya. Begitu juga dengan sekolah, tentunya bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
3.      Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan pendidikan selain pendidikan dari lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak sudah mulai lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Namun orng tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap mengontrol perkembangan atau pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh yang lebih luas di banding dengan lingkungan pendidikan yang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
(Priyani:2011)
C.    FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Keluarga:
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan berfungsi:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.
2. Menjamin kehidupan emosional anak.
3. Menanamkan dasar pendidikan moral.
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
(Hasbullah:2005)
Sekolah:
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman. (Sadiman:2009)


Fungsi sekolah sebagai lingkungan pendidikan antara lain sebagai berikut.
1.    Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2.    Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3.    Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4.    Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan moral.
5.    Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.
(Hasbullah:2005)
Masyarakat:
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal antara lain berfungsi membantu sekolah dan keluarga. Warga masyarakat yang tidak dapat kesempatan memperoleh pendidikan formal di sekolah dapat ditampung pada lembaga pendidikan non formal, misalnya membantu warga masyarakat mengambil program kejar paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA). (Tim:2008)
D.    PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA KETIGA LINGKUNGAN PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni sebagai berikut.
1.     Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2.     Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3.     Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Dengan kontribusi tripusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) yang saling memperkuat dan melengkapi akan memberi peluang mewujudkan sumber daya manusia terdidik dan bermutu. Kerja sama seperti ini dituangkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi “Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. (Tim:2008)








ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
DUNIA PENDIDIKAN
A.ALIRAN KLASIK
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
1.Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. (Tirtahardja, 2005)
Menurut konsepsi empirisme ini pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti ahli patung yang memahat patung dari kayu, batu, atau bahkan lainnya sesuka hatinya. (Tim, 2008)

2.Aliran Nativisme
Aliran ini ditokohi Schopenhauwer(Jerman: 1788-1860) berpendapat bahwa berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak Potensi yang dibawa sejak lahir sepenuhnya akan mempengaruhi perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat sekalipun diperlukan pendidikan , pendidkan tersebut hanya bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir.(Bintarinoors, 2008)
3. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. (Tirtahardja, 2005)
Anak-anak harus dididik sesuai dengan alamnya. Jangan dididik seperti orang dewasa menurut ukuran-ukuran orang dewasa. Tindakan terbaik yang dapat dilakukan orang tua dan guru bagi anak ialah membiarkannya untuk memperoleh kesenangan dan pilihannya secara alamiah. Hukum yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tidak berbuat sesuatu terhadap mereka, membiarkan mereka bersama alam ialah tindakan belajar-mengajar. (Bintarinoors, 2008)

4. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran ini William Stern (Jerman: 1871-1939) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah membawa pembawaan atau potensi-potensi, namun dalam perkembangan selanjutnya ditentukan bersama baik oleh pembawaan maupun lingkungan atau pendidikan. Konvergensi dalam teori pendidikan berarti bertemunya bakat dan pengaruh lingkungan sehingga apa yang kita lihat pada anak merupakan pertemuan ini. Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme (Tim, 2008). Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan atau lingkungan. Sebaliknya pendidikan dan atau lingkungan tidak akan berhasil dengan baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya.
Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.



B.GERAKAN BARU DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Gerakan-gerakan baru pendidikan memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan seperti sebagai berikut.
1.Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven. (Usman, 2011)
Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar adalah:
1) menetapkan tujuan, yang harus diperhatikan ialah kemampuan dan tingkat perkembangan anak;
2)  persiapan perlu dilakukan, baik persiapan guru maupun persiapan murid;
3)  jika langkah pelaksanaan tela ditangani dengan baik, maka pelaksaan pengamatan dapat berjalan dengan lancar; dan
4)  langkah pengolahan tidak harus dilakukan di luar proses kegiatan pengamatan itu sendiri.
(Extraordinary, 2012)

2.Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interest. (Sucipto, 2010)
Asas-asas pengajaran pusat perhatian adalah:
1) pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak alam hidup dan perkembangannya;
2) setiap beban pengajaran harus merupakan keseuruhan, tidak mementingkan bagian tetapi mementingkan keberartian dari keseluruhan ikatan bagian itu;
3) hubungan eseluruhan itu adalah hubungan simbiosis;
4) anak dodorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan didik untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab; dan
5) harus ada hubungan kerjasama yag erat antara rumah dan keluarga.
(Tim, 2008)

3. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. (Usman, 2011)
      Tujuan sekolah kerja menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah:
1) menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang dididapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri;
2) agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu; dan
3)agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.
(Extraordinary, 2012)
Kereschenteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anka-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka dibagi menjadi tiga golongan besar:
1) sekolah-sekolah perindustrian;
2) sekolah-sekolah perdagangan; dan
3) sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik. (Tim, 2008)
4. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju. (Tirtahardja, 2005)
      Langkah-langkah pokok pengajaran proyek adalah:
1) persiapan, yakni penetapan masalah yang akan dibahas;
2) kegiatan belajar, yakni pelaksanaan dari rencana yang telah dipersiapkan terlebih dahulu; dan
3) penilaian, biasanya dilakukan dengan mengadakan pameran semua hasil kegiatan yang dilakukan siswa (misalnya gambar, karangan, laporan, dan sebagainya).
(Tim, 2008)
LEMBAGA PENDIDIKAN YANG BERJIWA NASIONAL DI INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN

1. PERGURUAN TAMAN SISWA
Peguruan taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. (Burhanuddin, 2010). Peguruan ini didirikan dalam bentuk yayasan. Latar belakang pendirian adalah bahwa sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia  Belanda sesungguhnya tidaklah diperuntuhkan bagi kepentingan rakyat Indonesia melainkan untuk kepentingan politik kolonia Belanda, meskipun Mr. C. Th. Van Den Venter mengatakan untuk penebusan dosa kepada rakyat Indonesia.

a.  Azas Taman Siswa
1.Setiap orang berhak mengatur hidupnya sendiridengan mengigat persatuan dalam prikehidupan umum
2.Pendidikan yang diberikan kepada anak hendaklah menjadikannya merdeka batinnya
3.Pendidikan hendaklah didasarkan pada keadaan dan kebudayaan indonesia yang selaras
4.Pendidikan harus diberikan kepada seluruh rakyat tanpa terkecuali
5.Untuk mendapatkan asas kemerdekaan kita harus berkerja
6.Oleh karena kita bersandar pada kekuatan sendiri kita harus mampu memikul semua beban dengan uang sendiri
7.Pendidik hendaklah mendidik dengan sepenuh hati, ikhlas dan bersabar
(Tim, 2008)

b.  Dasar Taman Siswa
      Panca dharma:
1)  kebudayaan;
2)  kemerdekaan;.
3)  alam;
4)  kemanusiaan; dan
5)  kebangsaan.
(Burhanuddin, 2010)

c.   Tujuan Perguruan Taman Sisiwa
Tujuannya adalah menciptakan manusia merdeka lahir batin, dengan kata lain manusia yang merdeka lahir batin adalah manusia yang mampu mewujudkan kemanusiaannya itu. (Ilham, 2011)

d.  Semboyan Taman Siswa
1. Suci tata ngesti tunggal
2. Bibit, bebet, bobot
3. Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani
4. Lebih baik mati terhormat daripada hidup nista
5. Rawe-rawe rantas malang-malang punting
6. Neng ning nung nang
(Umar, 2005)

e.  Jenis-Jenis Pendidikan Taman Siswa
1.Taman Indria (taman kanak-kanak, umur sekitar 5 tahun)
2.Taman Anak (kelas I-III SD, umur 8-10 tahun)
3.Taman Muda (kelas IV-VI SD, umur 11-14 tahun)
4.Taman Dewasa (SLTP, umur 15-18 tahun)
5.Taman Dewasa Raya/Taman Madya (SLTA, umur 19 -21)
6.Taman Guru (B1,B2,B3,Dan Taman Guru Indria)
(Ilham, 2011)

f.   Hasil-Hasil Yang dicapai Taman Siswa
1. Gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional (kebangsaan)
2. Lembaga-lembaga pendidikan dari taman indria sampai sarjana wiyata
3. Sejumlah alumni perguruan yang telah menjadi tokoh nasional seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangusarkoro, Ki Suratman
(Ilham, 2011)

2. RUANG PENDIDIKAN INS KAYU TANAM
Ruang Pendidikan INS (Indonesian Nederlandsche School) didirikan oleh Muhammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam. Muhammad Syafei di lahirkan di Mantan, Kalimantan Barat tahun 1893. INS pada mulanya dipimpin oleh  bapak angkatnya Marah Sultan kemudian oleh Muhammad Syafei sendiri. Dimulai dengan 79 murid, di bagi dalam dua kelas, serta masuk sekolah secara bergantian karena gurunya hanya satu yakni Muhammad Syafei.
     “Ruang Pendidikan” artinya suatu tempat yang luas yang di gunakan untuk belajar dan mengajar yang bukan hanya terbatas pada adanya guru murid tetapi dapat di laksanakan dari pengalaman dan kehadiran alam di sekitarnya (sekolah kerja).
(Burhanuddin, 2010)

a.Asas Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam
1.Berfikir logis dan rasional
2.Keaktifan atau kegiatan
3.Pendidikan masyarakat
4.Memperhatikan pembawaan anak
5.Menentang Intelektualisme         
b.Tujuan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam
1.Mendidik rakyat kearah kemrdekaan
2.Memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3.Mendidik para pemuda agar berguna bagi masyarakat
4.Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan bertanggung jawab
5.Mengusahakan sendiri dalam pembiayaan
c.Usaha-Usaha Pendidikan INS Kayu Tanam
1.INS pada zaman Belanda menyediakan ruang pendidikan
2.Pada zaman kemerdekaan INS mendirikan Ruang Pendidikan Pengajaran dan kebudayaan (RPPK)
3.Tahun 1952 didirikan percetakan dan penerbitan yang diberi nama Sridharma
4.Tahun 1953 didirikan ruang khusus untuk menjadi guru
5.Mencetak buku pelajaran dan lain-lain
(Tim, 2008)
3.PERGURUAN MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta yang didirikan oleh Kiyai Haji Ahmad Dachlan.muhammadiyah merupakan gerakan Islam Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah serta bertujuan untuk menunjung tinggi agama Islam sehingga tercipta masyarakat Islam yang benar-benar diridhoi Allah SWT. (Burhanuddin, 2010)

a.  Latar Belakang Berdirinya Pendidikan Muhammadiyah
1.Kerusakan dibidang kepercayaan/agama (aqidah umat Islam)
2.Kebekuan dalam bidang hukum fiqih
3.Kemunduran dalam pendidikan Islam
4.Kemajuan sending Kristen dan misi Katolik
b.  Asas Pendidikan Muhammadiyah
Yaitu berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah.

c.Tujuan dan Target Muhammadiyah
1. Aqidah yang lurus
2. Akhlaqul karimah
3. Akal yang sehat dan cerdas
4. Keterampilan
5. Pengamdiyan kepada masyarakat

d.  Cita-Cita Pendidikan
1.Baik budi alim dan beragama
2.Luas pandangan dan ilmu-ilmu dunia (ilmu-ilmu umum)
3. Bersedia berjuang demi kemajuan masyarakatnya

e. Dasar Pendidikan Muhammadiyah
1.Tajdid
2.Kemasyarakatan
3.Aktivitas
4.Kreativitas
5.Optimisme
f.   Fungsi Pendidikan Muhammadiyah
1)Alat dakwah kedalam dan keluar anggota Muhammadiyah
2)Tempat pembibitan kader
3)Gerakan amal anggota

4. PERGURUAN DINIYAH PUTERI PADANG PANJANG
Didirikan pada tanggal 1 November 1923 di Padang Panjang oleh Rahmah El Yunusiah. Ia lahir pada tanggal 29 Desember 1900 ibunya bernama Rafiah sedangkan ayahnya bernama Syekh Muhammad Yunus. (Ilham, 2011)

a. Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri
Karena adanya rasa ketidakpuasan terhadap Diniyah School yang didirikan tahun 1915 oleh kakak kandungnya Zainudin Labay.
b. Tujuan Pendidikan Diniyah Putri
Yaitu: melaksanakan penndidikan dan pengajaran berdasarkan Islam dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa Islam dan ibu pendidikan yang cakap, aktif serta bertanggung jawab terhadap tanah air atas dasar pengabdian terhadap Allah swt. (Ilham, 2011)

c. Dasar Pendidikan Diniyah Putri
Didasarkan pada ajaran islam dan berpedoman terhadap Al-Quran dan Sunnah.

d. Cara Mencapai Tujuan Pendidikan
1.Program Pendidikan Umum (General Education)
2.Program Pendidikan Agama Islam
3.Program Pendidikan Untuk Menjadi Ibu Pendidik yang Baik
4.Program Pendidikan Keterampilan
(Umar, 2005)

e.Program Pendidikan Asrama
Asrama sebagai salah satu wahana pembinaan para santri yan mempunyai program yaitu: melatih anak didik bagai mana cara hidup bermasyarakat, memimpin serta dipimpin dan mempraktekkan semua ilmu yang diperoleh pada pagi hari tadi.
f.Sikap Perguruan Terhadap Pemerintahan Belanda
Ia tidak mau dibujuk bahkan berkompromi terhadap pemerintahan Belanda, sehingga tawaran untuk menjadi sekolah negeri ditolaknya.
g.  Jenis Pendidikan
1. Sekolah Menyesal
2. Sekolah Taman Kanak-Kanak
3. Sekolah Diniyah Putri Rendah
4. Sekolah Diniyah Putri Bagian A
5. Sekolah Diniyah Putri Bagian B
6. Sekolah Diniyah Putrid Bagian Pertama (DPM) Bagian C, lama belajar 2 tahun
7. Sekolah Kulliyatul Mu’amalat Al-Islamiyah (Kmi), lama belajar 3 tahun
8. Perguruan Tinggi Diniyah Puteri
(Ilham, 2011)
Jenis Sekolah Yang Ada Sampai Saat Sekarang Adalah:
1) Taman kanak-kanak rahmah el yunusiah.
2) Madrasah ibtidaiyah (MI).
3) Sekolah diniyah putrid menengah pertama (DMP).
4) Kuliyatul mu’alimat el islamiyah (KMI).
5) Pendidikan guru taman kanak-kanak islam (PGTKI).
6) Sekolah tinggi ilmu tarbiyah (STIT).
   (Tim, 2008)















PERMASALAHAN-PERMASALAHAN PENDIDIKAN
A. PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, masalah relevansi pendidikan.
1.Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana  sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. (Tim, 2008)
Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka. (Hartoto, 2008)
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan umumnya dilihat dari hasil (output) pendidikan itu sendiri. Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.
Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Pendidikan dikatakan efisiensi (ideal) ialah bila penyelenggaraan pendidikan tersebut hemat waktu, tenaga, biaya tetapi produktivitas (hasil) optimal. Pendidikan dikatakan efisiensi bila pendayagunaan sumber daya yang ada (waktu, tenaga, biaya) tepat sasaran. Kadar efisiensi tentu tergantung pada pemberdayaan sumber daya tersebut. (Tirtahardja, 2005)


4. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja. (Ebekunt, 2009)

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. 
1. Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalam masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan  kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam sistem pendidikan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu: pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk.
3. Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikan.
4. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
      (Hartoto, 2008)













PEMBAHARUAN PENDIDIKAN NASIONAL
1.        PENGELOLAAN PENDIDIKAN
   Pembaharuan program dan pengelolaan pendidikan secara eksplisit dicantumkan pada UU pokok pendidikan terbaru (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan). (Tim, 2008). Pengelolahan pendidikan berawal dari inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu ide , barang, metode, yang dirasakan atau di amati orang(masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untukmencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
       Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kreteria kebutuhan perserta didik, masyarakat dan pembangunan), dengan menggunakan sumber tenaga, uang alat,dan dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya. (Burhanuddin, 2010)

2.      GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pembaharuan tenaga pendidikan antara lain pada peningkatan kualifikasinya. Dewasa ini tenaga kependidikan yang berstatus guru/dosen harus keluaran pendidikan tinggi. Untuk menjadi guru SD minimal harus memiliki kualifikasi D II PGSD yaitu SPG/SGO lama yang telah diintegrasikan ke universitas yang merupakan proses diploma non gelar (SO). Dengan pembaharuan seperti ini maka untuk mengajar di SLTP minimal D III, di SLTA tentu harus S1 (program gelar) dan untuk menjadi dosen syarat minimalnya harus dikualifikasi S2 (master). (Tim, 2008)

3.        PROSES PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran di Indonesia berdinamika sejalan dengan perkembangan zaman. Dewasa ini, proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai variasi, baik itu metode, strategi, media, dan pendekatan. Kesuksesan dari suatu proses pembelajaran tergantung pada kemampuan guru dalam membawakan pelajaran yang ia ajarkan.

4.        DANA PENDIDIKAN
Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan kelihatannya semakin meningkat, karena biaya pendidikan semakin mahal. Keadaan seperti ini logis saja, karena pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan butuh dana baru atau tambahan terhadap alokasi dana sebelumnya. Hal ini berkaitan pula dengan nilai mata uang. Tingkat implasi yang semakin tinggi memerlukan penyesuaian di bidang pendanaan tersebut. (Tim, 2008)

5.        KURIKULUM
  Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah perangkat atau rencana yang disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum mencakup dua aspek, yaitu aspek kesatuan nasional dan aspek local. (Hartoto, 2008)
        Berikut ini adalah usaha pembaharuan kurikulum di Indonesia dari awal hingga sekarang.
  1. KURIKULUM 1968
`Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat p olitis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Kurikulum 1968 disebut sebagai kurikulum bulat, artinya hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
  1. KURIKULUM 1975
Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976 dengan catatan, bahwa bagi sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenankan melaksanakannya mulai tahun 1975 .



Kurikulum 1975 memiliki ciri -ciri khusus sebagai berikut:
1) Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid di dalam menyusun rencana kegiatan belajar -mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut.
2) Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih akhir.
3) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum 1975 bukan hanya dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan pendidikan agama.
4) Kurikulum 1975 menekankan pada efisiensi dan efektivitas pengguna dana, daya dan waktu yang tersedia.
5) Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
6) Organisasi pelajaran meliputi bidang -bidang studi: agama, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan , disamping Pendidikan Moral Pancasila dan integrasi pelajaran pelajaran yang sekelompok.
7) Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar-mengajar sebagai suatu sistem yang meliputi komponen -komponen tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran.
8) Sistem Evaluasi, dilakukan penilaian murid-murid pada setiap akhir satuan pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai -nilai yang dicapai muridmurid pada setiap akhir satuan pembelajaran.

  1. KURIKULUM 1984
Kurikulum ini banyak dipengharuhi oleh aliran psikologi Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah dan meneliti lingkungannya. Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disampin g tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980 -1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.


  1. KURIKULUM 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasana pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang -Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sis tem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri -ciri yang menonjol dari pembe rlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masya rakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
  1. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
Kurikukum yang dikembangkan saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward prepa ring indivisuals to perform identified competencies. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang, maka pendidikan di sekolah dititipi seperangkat misi dalam bentuk paket-paket kompetensi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik se cara individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar ( learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

  1. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing -masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
(Nyoman, 2011)

6.        PERLUASAN PELAYANAN PENDIDIKAN
Dalam kaitan dengan perluasan pelayanan pendidikan, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
a.       Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. 
b.      Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara proporsional.
c.       Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan.
d.        Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.
e.         Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat
f.         Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
g.        Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga.
h.        Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia.
(Qym, 2008)

7.        STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :
a)    Standar Kompetensi Lulusan
b)    Standar Isi
c)     Standar Proses
d)    Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
e)     Standar Sarana dan Prasarana
f)     Standar Pengelolaan
g)     Standar Pembiayaan Pendidikan
h)    Standar Penilaian Pendidikan





PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
A.  KONSEP PEMBANGUNAN SEBAGAI USAHA PERUBAHAN YANG TERENCANA
      Dalam GBHN, hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya serta religius.
Pembangunan yang dilaksanakan harus bertujuan dan bertolak dari manusianya, pembangunan yang berakar dari peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia, maka posisi manusia jelas sebagai objek dan subjek dalam pembangunan.
Manusia sebagai objek pembangunan sasarannya harus terarah pada pembangunan manusia itu sendiri (rohani) seperti : kemampuan penalaran, sikap diri, social pada lingkungan dan kemampuan berusaha. Fuad Hasan dalam Umar Tirtarhardja dkk., menyatakan “Manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dengan aktualisasi”. Manusia sebagai objek pembangunan diarahkan kepada kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan secara dinamis, kreatif dan manusiawi, usaha inilah yang disebut pembangunan.

B. PERANAN MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN
Setiap pembangunan yang diaktualisasikan melalui pendidikan selalu berurusan dengan manusia, karena manusia yang dapat di didik dan membangun. Immanuel Kant menyatakan “Bayi bisa menjadi manusia bila berada di tengah-tengah manusia”. Oleh karena itu pembangunan harus diarahkan pada pembangunan manusianya sebagai satu-satunya makhluk di bumi ini yang dikarunia potensi untuk menyempurnakan diri walaupun tidak akan pernah tercapai.

         Dr. Emil Salim (dalam Tim, 2008) menyatakan bahwa pembangunan harus didasarkan atas prinsip moral dan memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1.       Pembangunan adalah ibadah kepada Allah SWT sehingga perkembangan setiap penglihatan dan perilaku harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT.
2.      Pembangunan memuat kegiatan mengejar kemajuan lahiriah seperti : pendidikan, kebebasan dan keadilan.
3.      Dalam melaksanakan pembangunan manusia memiliki tanggung jawab selaku pengelola di muka bumi, sehingga perbuatannya dapat diperhitungkan.
4.      Pembangunan tertuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang memuat ciri keselarasan hubungan antara manusia dengan masyarakat lingkungannya.
5.      Pembangunan adalah pembebasan diri manusia dari berbagai hambatan perbuatan manusia seperti kemiskinan, ketidak tahuan, ketidak adilan, ketidak bebasan dan ketimpangan sosial agar tercapai kualitas dan martabat manusia setinggi-tingginya.

C. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
      Beberapa peranan pendidikan dalam Pembangunan Nasional berkenaan dengan perubahan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia dan pemeliharaan lingkungan hidup.

1.     Peranan pendidikan dalam pembangunan pada umumnya
Peranan pendidikan terhadap pembangunan dari berbagai segi, seperti :
a. Segi sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang diarahkan kepada peserta didik upaya menjadi manusia yang memiliki kepribadian kuat dan utuh seperti memilki moral yang tinggi artinya tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang menjadi sumber daya pembangunan secara manusiawi.

b. Lingkungan Pendidikan
Dalam lingkungan keluarga anak sebagai calon manusia pembangunan harus ditempa dengan baik tentang keterampilan, etika dan moral serta nilai-nilai agama. Hal ini merupakan landasan yang sangat diperlukan dalam pembangunan.

      c. Lingkungan Sekolah
Dalam pendidikan formal (sekolah) peserta didik dibekali beberapa keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal untuk kemampuan kerja, bekal ini merupakan sarana penunjang pembangunan dalam berbagai bidang.

d. Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat peserta didik memperoleh bekal praktis dalam berbagai jenis pekerjaan, khususnya bagi yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini bertalian erat dengan perkembangan sector swasta dalam masyarakat sehingga mampu menunjang pembangunan.

e. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi memberikan bekal bagi peserta didik secara terus menerus sekaligus merupakan basis pendidikan yang berkualitas.
Pengembangan system pendidikan nasional merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan wawasan nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, social budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan.
Oleh karena itu pembangunan tidak terbatas pada pembangunan ekonomi dan industri semata tetapi meliputi upaya-upaya yang beragam sesuai dengan keanekaragaman masalah dan rintangan kebutuhan suatu masyarakat.
            (Husein, 2011)

2. Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia
Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia diantaranya :
a.       Mencerdaskan kehidupan bangsa.
b.      Membangun manusia sebagai pelaksanan transformasi.
c.       Membina manusia menjadi tenaga produktif.
d.      Membentuk kepribadian yang berorientasi kepada prestasi.
e.       Memperhitungkan dimensi sumber daya manusia dan pengembangan lapangan kerja.
f.       Merubah pola pikir masyarakat yang masih pada taraf rendah.
(Tirtahardja, 2005)
3. Peranan pendidikan dalam pemeliharaan lingkungan hidup
Secara umum yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan yang mempengaruhi kehidupan makhluk, termasuk manusia. Untuk itu lingkungan hidup perlu ditata dan dimanfaatkan dengan penuh perhitungan agar dapat membawa makna bagi manusia sebagai pengelola sekaligus yang menikmati hasil lingkungan hidup itu sendiri.

Peranan pendidikan dalam pembangunan lingkungan hidup, sebagai berikut.
a.       Memberi arahan pada manusia bahwa memelihara, mengelola dan melestarikan lingkungan hidup adalah suatu keharusan.
b.      Memberikan bimbingan bahwa pengendalian alam harus bersifat rasional dan tidak merusak tata lingkungan hidup manusia.
c.       Supaya pembangunan yang dilaksanakan dapat menjaga keseimbangan dan pembinaan ekosistem.
d.      Untuk mengolah sumber daya alam manusia dapat memberikan manfaat bagi manusia.
e.       Untuk menyelaraskan antara kebutuhan manusia dengan daya dukung alam yang ada.
f.       Membudayakan pola hidup yang serasi dengan ekosistemnya.
(Tim, 2008)
















PENDIDIKAN MASA DEPAN
A.   PERKIRAAN MASYARAKAT MASA DEPAN
Di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Dewasa ini perkembangan kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek kehidupan. Percepatan itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Perubahan tersebut antara lain sebagai berikut.
  1. Kecenderungan Globalisasi
Globalisasi berarti keseluruhan atau secara umum, sehingga bumi ini seakan-akan sebagai satu kesatuan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia. Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia, menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan dampak yang berbeda- beda. Menurut Emil Salim (dalam Tirtahardja, 2005) terdapat empat kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol. Bidang tersebut meliputi iptek, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan. Kajian keempat bidang tersebut sebagai berikut :
a.      Bidang IPTEK yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat, utamanya dengan menggunakan teknologi canggih seperti komputer dan satelit. Globalisasi iptek tersebut memberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa batas negara.
b.     Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa mengenal batas-batas negara.
c.      Bidang lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup di negara tertentu juga akan berdampak pada negara lainnya. Contohnya kebakaran hutan yang asapnya sampai ke Negara-negara tetangga.
d.     Bidang pendidikan yang berkaitan dengan identitas bangsa termasuk budaya nasional dan budaya -budaya nusantara.

2.     Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Perkembangan IPTEK yang semakin cepat dalam era globalisasi ini merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Percepataan perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Segi landasan ontologis objek telaah adalah berupa pengalaman dan semua wujud yang dapat dijangkau lewat alat indra telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya piranti yang membantu alat indra tersebut. Dari segi epistemologis cara yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami perkembangan yang pesat. Selanjutnya landasan aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang mempersoalkan untuk apa IPTEK itu dipergunakan secara moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Dan terdapat serangkaian kegiatan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK, yakni :
a.      Penelitian dasar ( basic research )
b.     Penelitian terapan ( applied research )
c.      Pengembangan teknologi ( technological development )
d.     Penerapan teknologi
(Mahendra, 2011)
3.     Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Salah satu perkembangan IPTEK yang luar biasa adalah perkembangan informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi, komputer dan lainnya. Begitu pula yang terjadi di Indonesia kemajuan itu telah mendorong perubahan masyarakat dari petani menjadi masyarakat industri dan informasi. Seiring dengan itu komunikasi antar manusia yang berbeda dalam latar kebangsaan dan kebudayaan makin meluas karena kemajuan transportasi dan telekomunikasi.
Meskipun teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami perkembangan yang pesat, namun belum merata pada semua negara. Perkembangannya di negara berkembang masih sangat lambat karena didominasi oleh negara-negara maju. Untuk itu diperlukan upaya – upaya untuk merebut teknologi tersebut. Namun, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu:
a.      Pengembangan teknologi satelit yang mutakhir.
b.     Penggunaan teknologi digital yang mampu menyalurkan signal yang beragam.
c.      Di bidang media cetak antara lain penggunaan VDT ( video display terminal ), surat kabar elektronik, dan sistem cetak jarak jauh.
d.     Di media elektronik antara lain penggunaan DBS ( direct broadcast satelitte ). Kesemua hal itu akan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat informasi sebagai masyarakat masa depan.
(Mahendra, 2011)
4.     Peningkatan Layanan yang Semakin Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan profesional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang semakin cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin tinngi. Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, yang mempunyai keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan. Di bawah ini berbagai ciri profesi, yaitu:
a.       Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu harus mendapat pengakuan dari masyarakat.
b.     Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik, serta memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mempalajarinya sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksanakan layanan itu.
c.      Terdapat suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
d.     Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku dan cara kerja dari anggotanya itu.
e.      Terdapat organisasi profesi yang akan berfungsi menjaga layanan profesi dan melindungi kepentingan dan kesejahteraan anggotanya.
f.       Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karir hidup dan menjadi seorang anggota yang relatif permanen serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan profesinya dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sendiri.
(Tim, 2008)
B.    ANTISIPASI TERHADAP PENDIDIKAN MASA DEPAN
1.     Tuntutan bagi Pendidikan Masa Depan
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan IPTEK, dan kesempatan menerima arus informasi yang cepat tetntulah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi yang baru tersebut. Untuk itu pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang mampu menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Yang melahirkan generasi yang “ think globally but act locally”. Sehingga diperlukan pula penggarapan pendidikan yang baru yang harus menyeluruh mulai dari lapis sistem/nasional, lapis institusional, sampai pada lapis individual. Pada lapis sistem, secara nasional telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan dalam sejumlah perundang – undangan, utamanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas beserta serangkaian aturan pelaksanaannya. Penggarapan pada lapisan institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan seperti : kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana dan prasarana. Sedangkan pada lapis individual penggarapan upaya pembaharuan utamanya terkait dengan semua personal yang terlibat dalam pendidikan yaitu guru dan siswa. Keberhasilan terhadap antisipasi masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan. Pembangunan manusia indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara indonesia pada abad ke 22 yang akan datang.
2.     Upaya Mengantisipasi Masa Depan
a.      Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai dan sikap memang memegang peranan penting dalam membentuk wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma atau kaidah yang menjadi rujukan atas perilaku. Nilai-nilai tersebut bersumber dari nilai agama, hukum, adat istiadat, kesopanan, moral dan lainnya baik yang tertulis ataupun tidak tertulis. Salah satu pengaruh nilai – nilai tersebut akan tampak dalam sikap seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut.
Pembentukan pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pembiasaan, pelaksanaan dan sebagainya. Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pembaharuan dan pelestarian. Nilai-nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan Indonesia semestinya akan tetap dilestarikan agar terhindar dari krisis identitas.

b.     Pengembangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia melalui cipta dan karsa yang berkaitan dengan religi, kesenian, bahasa, pengetahuan sampai sisem teknologi dan peralatan. Berkaitan dengan hal itu UNESCO telah menetapkan konsep Dasawarsa Kebudayaan Sedunia yang menekankan bahwa pengembangan kebudayaan dunia masa kini harus meliputi empat dimensi yakni :
1.     Afirmasi atau penegasan dimensi budaya dalam proses pembangunan, karena pembangunan akan hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan masyarakat / bangsa yang bersangkutan.
2.     Mereafirmasi dan mengembangkan identitas budaya, dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
3.     Partisipasi, yakni dalam pengembangan suatu bangsa dan negara maka partisipasi yang optimal dari masyarakat adalah mutlak diperlukan.
4.     Memajukan kerja sama budaya antarbangsa yang merupakan tuntutan mutlak era globalisasi.

c.      Pengembangan Sarana Pendidikan
Dalam menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (dalam Mahendra, 2011) mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yakni :
1.     Pendidikan untuk mengembangkan iptek, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2.     Pendidikan untuk mengembangkan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instrumen operasional untuk berkiprah dalam globalisasi.

3.     Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.
4.     Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, ideologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5.     Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan pelatihan, terhadap pengelola sistem pendidikan formal dan non-formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan efesiensi sumber daya manusia serta keseluruhan.