UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
A.TUJUAN
Macam-macam tujuan pendidikan adalah
sebagai berikut.
1. Tujuan
umum. Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan umum pendidikan adalah untuk
membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut Ki Hajar
Dewantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu)
dan sebagai anggota masyarakat (manusia sosial), dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
2. Tujuan
khusus. Adalah tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan
tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan.
3. Tujuan
tak lengkap. Adalah tujuan dari masing-masing aspek pendidikan.
4. Tujuan
insidental adalah tujuan yang timbul secara kebetulan. Secara mendadak, misal
tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam kehidupan sekolah.
5. Tujuan
sementara. Adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fase-fase tertentu
dari pendidikan.
6. Tujuan
perantara. Adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
lain. Misal
mempelajari bahasa guna mempelajari literatur-literatur asing.
(Indrakusuma, 1973)
B. PESERTA DIDIK
Peserta didik berstatus sebagai
subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena
peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami pendidik
adalah sebagai berikut.
1. Peserta
didik memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik.
2. Peserta
didik merupakan individu yang sedang berkembang
3. Peserta
didik merupakan individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
4. Peserta
didik memiliki kemampuan untuk mandiri.
C. PENDIDIK
Sebelum membahas tentang pendidik, ada baiknya melirik
sedikit maksud dari mendidik dan perbedaannya dengan mengajar.
Secara
teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti
menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengaetahuan atau keterampilan dan lain
sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga
ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain. ((Indrakusuma, 1973)
Lain
halnya mendidik, bahwa mendidik tidak hanya cukup dengan hanya memberikan ilmu
pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak
didik nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur.
Dari
pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada
mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik .dan mendidik harus
mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang tinggi.
Yang dimaksud dengan pendidik adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran
peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan,
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Oleh
sebab itu, yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, pemimpin
program pembelajaran dan latihan, serta masyarakat. (Luqman, 2008)
D. ISI PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan isi pendidikan
adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dalam
proses pendidikan. Contohnya materi pelajaran, bimbingan dan konseling,
pengayaan, dan bahan ajar. Isi pendidikan berlandaskan pada tujuan pendidikan,
terutama di Indonesia adalah tujuan pendidikan nasional.
Kriteria atau syarat utama
dari isi pendidikan dan hal-hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam pemilihan
materi pelajaran adalah sebagai berikut.
1. Bahan/materi
harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
2. Bahan/materi
penting untuk diketahui oleh peserta didik
3. Nilai
praktis atau kegunaannya diartikan sebagai makna bahan itu bagi kehidupannya
sehari-hari
4. Bahan
tersebut merupakan bahan wajib sesuai dengan tuntunan kurikulum
5. Bahan
yang susah diperoleh sumbernya perlu diupayakan untuk diberikan oleh guru.
(Tim, 2008)
E. METODE PENDIDIKAN
Metode adalah cara yang berfungsi
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam menetapkan apakah suatu metode dapat
digunakan atau kurang tepat, ditentukan oleh beberapa faktor yaitu sebagi
berikut.
1. Tujuan
yang ingin dicapai. Penentuan metode disesuaikan dengan apa yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran.
2. Peserta
didik. Penentuan metode perlu memperhatikan kondisi peserta didik, baik
kemampuannya maupun karakteristiknya
3. Guru.
Keberhasilan suatu metode tergantung juga pada kemampuan guru membawakan metode
tersebut.
F. ALAT PENDIDIKAN
Alat pendidikan ialah segala sesuatu
yang secara langsung membantu terwujudnya pencapaian tujuan pendidikan.
Ada dua pengelompokan alat pendidikan, yaitu sebagai
berikut.
1. Alat
pendidikan yang bersifat tindakan, yaitu berupa upaya atau siasat dalam
kaitannya dengan kewibawaan. Alat ini berfungsi preventif (pencegahan) yang
mencakup teladan, anjuran, suruhan, pengarahan, dan pembinaan dan berfungsi
represif (reaksi setelah ada perbuatan) mencakup syarat, pujian,
hadiah/ganjaran, teguran, dan hukuman.
2. Alat
pendidikan yang berupa keberadaan sebagai alat bantu yang lazim disebut sebagai
sarana pengajaran seperti alat pengajaran. Fungsinya sebagi alat bantu banyak
sekali yaitu untuk merekam, manipulatif, stimulatif, mengingatkan kembali,
memperagakan, mengaktifkan respon murid, evaluatif, dan sebagi umpan balik.
Berdasarkan pembahasan di atas, alat
pendidikan sangat banyak jenisnya, baik alat pendidikan yang berupa tindakan
maupun alat pendidikan yang berupa benda (alat bantu pengajaran). Dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan alat pendidikan ialah
suatu upaya atau tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda/alat yang
dengan sengaja digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam proses pendidikan
G. LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Pengertian lingkungan pendidikan
pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri individu. Para ahli
membedakan jenis lingkungan pendidikan menjadi dua, yaitu sebagi berikut.
1. Lingkungan
Alam
Adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang
berada di luar diri anak yang selain manusia, seperti binatang,
tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung, rumah, dan sebagainya.
2. Lingkungan
Sosial
Adalah semua manusia yang berada di luar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Contohnya adalah teman sekelas, tetangga, dan
sebagainya.
Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan
dibedakan atas:
1) keluarga;
2) sekolah;
dan
3) masyarakat.
Referensi:
Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional
Luqman, Ahmad. 2008. Pengantar Pendidikan
(Resume). Jakarta: FMIPA UM
Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan.
2008. Bahan Ajar Pengantar Pendidikan. Padang: FIP UNP
Lingkungan pendidikan
A. PENGERTIAN
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Menurut Sartain (ahli psikologi
Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang
dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak
bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang
sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik,
sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak
pasti akan mempengaruhi anak.
Lingkungan sekitar yang dengan
sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan
rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan
pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan
adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan
sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
(Hartoto:2008)
B. JENIS
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga
pendidikan bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta
lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik. Disini peranan oang tua terutama ibu sangatlah berpengaruh
terhadap perkembangan anak tersebut. Pendidikan keluarga disebut pendidikan
utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia
terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah
berkembang dalam pendidikan keluarga.
Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sebagai berikut.
a) Pendidikan
prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang
berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan
prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Dalam
kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan
prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam
kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi
nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal
dalam kehidupan modern.
Secara sederhana pendidikan prenatal
dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam
kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar
dan selamat.
b) Pendidikan
postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam
lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala
macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses
pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana
caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.
2. Sekolah
Tentunya tidak semua tugas mendidik
dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu orang tua
menyekolahkan anaknya agar bisa lebih baik lagi di bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilannya. Begitu juga dengan sekolah, tentunya bertanggung jawab atas
pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat
merupakan lingkungan pendidikan selain pendidikan dari lingkungan keluarga dan
sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika
anak-anak sudah mulai lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Namun orng tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap
mengontrol perkembangan atau pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh
yang lebih luas di banding dengan lingkungan pendidikan yang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang
dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
(Priyani:2011)
C. FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Keluarga:
Keluarga sebagai lingkungan
pendidikan berfungsi:
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.
4. Memberikan dasar pendidikan sosial.
5. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi
anak-anak.
(Hasbullah:2005)
Sekolah:
Tidak semua tugas mendidik dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan
dan berbagai macam ketrampilan. Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan
profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua
karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap
tertentu sesuai dengan perkembangan zaman. (Sadiman:2009)
Fungsi sekolah sebagai lingkungan
pendidikan antara lain sebagai berikut.
1. Sekolah
membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan
budi pekerti yang baik.
2. Sekolah
memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak
dapat diberikan di rumah.
3. Sekolah
melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
5. Memelihara
warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan
kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.
(Hasbullah:2005)
Masyarakat:
Masyarakat sebagai lembaga
pendidikan non formal antara lain berfungsi membantu sekolah dan keluarga.
Warga masyarakat yang tidak dapat kesempatan memperoleh pendidikan formal di
sekolah dapat ditampung pada lembaga pendidikan non formal, misalnya membantu
warga masyarakat mengambil program kejar paket A (setara SD), paket B (setara
SMP), dan paket C (setara SMA). (Tim:2008)
D. PENGARUH
TIMBAL BALIK ANTARA KETIGA LINGKUNGAN PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan
kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni sebagai
berikut.
1. Pembimbingan dalam
upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2. Pengajaran dalam upaya
penguasaan pengetahuan
3. Pelatihan dalam upaya
pemahiran keterampilan.
Dengan kontribusi tripusat pendidikan (keluarga,
sekolah, dan masyarakat) yang saling memperkuat dan melengkapi akan memberi
peluang mewujudkan sumber daya manusia terdidik dan bermutu. Kerja sama seperti
ini dituangkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi “Komite
sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali
peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan. (Tim:2008)
ALIRAN-ALIRAN
PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
DUNIA PENDIDIKAN
A.ALIRAN KLASIK
Aliran-aliran klasik yang dimaksud
adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat
ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan
pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
1.Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari
Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan
manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat
dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari
alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh
perintisnya adalah John Locke. (Tirtahardja, 2005)
Menurut konsepsi empirisme ini
pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang
diinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti ahli patung
yang memahat patung dari kayu, batu, atau bahkan lainnya sesuka hatinya. (Tim,
2008)
2.Aliran Nativisme
Aliran ini ditokohi
Schopenhauwer(Jerman: 1788-1860) berpendapat bahwa berpendapat bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan
dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak Potensi yang
dibawa sejak lahir sepenuhnya akan mempengaruhi perkembangan anak, yang baik
akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat sekalipun
diperlukan pendidikan , pendidkan tersebut hanya bertujuan untuk memelihara dan
mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir.(Bintarinoors, 2008)
3. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J
Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai
pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi
lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu. (Tirtahardja, 2005)
Anak-anak harus dididik sesuai
dengan alamnya. Jangan dididik seperti orang dewasa menurut ukuran-ukuran orang
dewasa. Tindakan terbaik yang dapat dilakukan orang tua dan guru bagi anak
ialah membiarkannya untuk memperoleh kesenangan dan pilihannya secara alamiah.
Hukum yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tidak berbuat sesuatu
terhadap mereka, membiarkan mereka bersama alam ialah tindakan
belajar-mengajar. (Bintarinoors, 2008)
4. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran ini William Stern
(Jerman: 1871-1939) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah membawa
pembawaan atau potensi-potensi, namun dalam perkembangan selanjutnya ditentukan
bersama baik oleh pembawaan maupun lingkungan atau pendidikan. Konvergensi
dalam teori pendidikan berarti bertemunya bakat dan pengaruh lingkungan
sehingga apa yang kita lihat pada anak merupakan pertemuan ini. Aliran ini
mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara
nativisme dan empirisme (Tim, 2008). Pembawaan tidak akan berkembang dengan
baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan atau lingkungan. Sebaliknya
pendidikan dan atau lingkungan tidak akan berhasil dengan baik manakala pada
diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya.
Proses perkembangan anak, baik
faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat
penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
B.GERAKAN BARU DALAM DUNIA
PENDIDIKAN
Gerakan-gerakan baru pendidikan memusatkan diri pada
perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem
persekolahan seperti sebagai berikut.
1.Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan
anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan
ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di
Belanda dengan Het Voll Leven. (Usman, 2011)
Langkah-langkah pokok pengajaran
alam sekitar adalah:
1) menetapkan tujuan, yang harus
diperhatikan ialah kemampuan dan tingkat perkembangan anak;
2) persiapan perlu
dilakukan, baik persiapan guru maupun persiapan murid;
3) jika langkah
pelaksanaan tela ditangani dengan baik, maka pelaksaan pengamatan dapat
berjalan dengan lancar; dan
4) langkah pengolahan tidak
harus dilakukan di luar proses kegiatan pengamatan itu sendiri.
(Extraordinary, 2012)
2.Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis
oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat
minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan
dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode
Global dan Centre d’interest. (Sucipto, 2010)
Asas-asas pengajaran pusat perhatian
adalah:
1) pengajaran ini didasarkan
atas kebutuhan anak alam hidup dan perkembangannya;
2) setiap beban pengajaran harus
merupakan keseuruhan, tidak mementingkan bagian tetapi mementingkan keberartian
dari keseluruhan ikatan bagian itu;
3) hubungan eseluruhan itu
adalah hubungan simbiosis;
4) anak dodorong dan dirangsang
untuk selalu aktif dan didik untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat
berdiri sendiri dan bertanggung jawab; dan
5) harus ada hubungan kerjasama
yag erat antara rumah dan keluarga.
(Tim, 2008)
3. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat
dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan
pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar
pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi
mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. (Usman,
2011)
Tujuan sekolah
kerja menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah:
1) menambah pengetahuan anak,
yaitu pengetahuan yang dididapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat
dari pengalaman sendiri;
2) agar anak dapat memiliki
kemampuan dan kemahiran tertentu; dan
3)agar anak dapat memiliki pekerjaan
sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.
(Extraordinary, 2012)
Kereschenteiner berpendapat bahwa
kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anka-anak untuk dapat bekerja.
Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka dibagi
menjadi tiga golongan besar:
1) sekolah-sekolah
perindustrian;
2) sekolah-sekolah perdagangan;
dan
3) sekolah-sekolah rumah
tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan
warga negara yang baik. (Tim, 2008)
4. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan
nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut
makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju. (Tirtahardja, 2005)
Langkah-langkah
pokok pengajaran proyek adalah:
1) persiapan, yakni penetapan
masalah yang akan dibahas;
2) kegiatan belajar, yakni
pelaksanaan dari rencana yang telah dipersiapkan terlebih dahulu; dan
3) penilaian, biasanya
dilakukan dengan mengadakan pameran semua hasil kegiatan yang dilakukan siswa
(misalnya gambar, karangan, laporan, dan sebagainya).
(Tim, 2008)
LEMBAGA PENDIDIKAN YANG BERJIWA NASIONAL DI
INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN
1. PERGURUAN TAMAN SISWA
Peguruan taman siswa didirikan oleh
Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. (Burhanuddin, 2010).
Peguruan ini didirikan dalam bentuk yayasan. Latar belakang pendirian adalah
bahwa sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
sesungguhnya tidaklah diperuntuhkan bagi kepentingan rakyat Indonesia melainkan
untuk kepentingan politik kolonia Belanda, meskipun Mr. C. Th. Van Den Venter
mengatakan untuk penebusan dosa kepada rakyat Indonesia.
a. Azas Taman Siswa
1.Setiap orang berhak mengatur
hidupnya sendiridengan mengigat persatuan dalam prikehidupan umum
2.Pendidikan yang diberikan kepada
anak hendaklah menjadikannya merdeka batinnya
3.Pendidikan hendaklah didasarkan
pada keadaan dan kebudayaan indonesia yang selaras
4.Pendidikan harus diberikan kepada
seluruh rakyat tanpa terkecuali
5.Untuk mendapatkan asas kemerdekaan
kita harus berkerja
6.Oleh karena kita bersandar pada
kekuatan sendiri kita harus mampu memikul semua beban dengan uang sendiri
7.Pendidik hendaklah mendidik dengan
sepenuh hati, ikhlas dan bersabar
(Tim, 2008)
b. Dasar Taman Siswa
Panca dharma:
1) kebudayaan;
2) kemerdekaan;.
3) alam;
4) kemanusiaan; dan
5) kebangsaan.
(Burhanuddin, 2010)
c. Tujuan Perguruan Taman Sisiwa
Tujuannya adalah menciptakan manusia
merdeka lahir batin, dengan kata lain manusia yang merdeka lahir batin adalah
manusia yang mampu mewujudkan kemanusiaannya itu. (Ilham, 2011)
d. Semboyan Taman Siswa
1. Suci tata ngesti tunggal
2. Bibit, bebet, bobot
3. Ing ngarso sung tulodo, ing
madya mangun karso, tut wuri handayani
4. Lebih baik mati terhormat
daripada hidup nista
5. Rawe-rawe rantas
malang-malang punting
6. Neng ning nung nang
(Umar, 2005)
e. Jenis-Jenis Pendidikan Taman Siswa
1.Taman Indria (taman kanak-kanak, umur sekitar 5 tahun)
2.Taman Anak (kelas I-III SD, umur 8-10 tahun)
3.Taman Muda (kelas IV-VI SD, umur 11-14 tahun)
4.Taman Dewasa (SLTP, umur 15-18
tahun)
5.Taman Dewasa Raya/Taman Madya
(SLTA, umur 19 -21)
6.Taman Guru (B1,B2,B3,Dan Taman
Guru Indria)
(Ilham, 2011)
f. Hasil-Hasil Yang dicapai Taman
Siswa
1. Gagasan/pemikiran tentang
pendidikan nasional (kebangsaan)
2. Lembaga-lembaga pendidikan
dari taman indria sampai sarjana wiyata
3. Sejumlah alumni perguruan
yang telah menjadi tokoh nasional seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangusarkoro,
Ki Suratman
(Ilham, 2011)
2. RUANG PENDIDIKAN INS KAYU TANAM
Ruang Pendidikan INS (Indonesian
Nederlandsche School) didirikan oleh Muhammad Syafei pada tanggal 31 Oktober
1926 di Kayu Tanam. Muhammad Syafei di lahirkan di Mantan, Kalimantan Barat
tahun 1893. INS pada mulanya dipimpin oleh bapak angkatnya Marah Sultan
kemudian oleh Muhammad Syafei sendiri. Dimulai dengan 79 murid, di bagi dalam
dua kelas, serta masuk sekolah secara bergantian karena gurunya hanya satu
yakni Muhammad Syafei.
“Ruang Pendidikan”
artinya suatu tempat yang luas yang di gunakan untuk belajar dan mengajar yang
bukan hanya terbatas pada adanya guru murid tetapi dapat di laksanakan dari
pengalaman dan kehadiran alam di sekitarnya (sekolah kerja).
(Burhanuddin, 2010)
a.Asas Ruang Pendidikan INS Kayu
Tanam
1.Berfikir logis dan rasional
2.Keaktifan atau kegiatan
3.Pendidikan masyarakat
4.Memperhatikan pembawaan anak
5.Menentang
Intelektualisme
b.Tujuan Ruang Pendidikan INS Kayu
Tanam
1.Mendidik rakyat kearah kemrdekaan
2.Memberikan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
3.Mendidik para pemuda agar berguna
bagi masyarakat
4.Menanamkan kepercayaan terhadap
diri sendiri dan bertanggung jawab
5.Mengusahakan sendiri dalam
pembiayaan
c.Usaha-Usaha
Pendidikan INS Kayu Tanam
1.INS pada zaman Belanda menyediakan
ruang pendidikan
2.Pada zaman kemerdekaan INS
mendirikan Ruang Pendidikan Pengajaran dan kebudayaan (RPPK)
3.Tahun 1952 didirikan percetakan
dan penerbitan yang diberi nama Sridharma
4.Tahun 1953 didirikan ruang khusus
untuk menjadi guru
5.Mencetak buku pelajaran dan
lain-lain
(Tim, 2008)
3.PERGURUAN MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan pada tanggal
18 November 1912 di Yogyakarta yang didirikan oleh Kiyai Haji Ahmad
Dachlan.muhammadiyah merupakan gerakan Islam Amar Ma’ruf Nahi Mungkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah serta bertujuan untuk
menunjung tinggi agama Islam sehingga tercipta masyarakat Islam yang
benar-benar diridhoi Allah SWT. (Burhanuddin, 2010)
a. Latar Belakang Berdirinya Pendidikan
Muhammadiyah
1.Kerusakan dibidang
kepercayaan/agama (aqidah umat Islam)
2.Kebekuan dalam bidang hukum fiqih
3.Kemunduran dalam pendidikan Islam
4.Kemajuan sending Kristen dan misi
Katolik
b. Asas Pendidikan Muhammadiyah
Yaitu berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah.
c.Tujuan dan Target Muhammadiyah
1. Aqidah yang lurus
2. Akhlaqul karimah
3. Akal yang sehat dan cerdas
4. Keterampilan
5. Pengamdiyan kepada
masyarakat
d. Cita-Cita Pendidikan
1.Baik budi alim dan beragama
2.Luas pandangan dan ilmu-ilmu dunia
(ilmu-ilmu umum)
3. Bersedia berjuang demi
kemajuan masyarakatnya
e. Dasar Pendidikan Muhammadiyah
1.Tajdid
2.Kemasyarakatan
3.Aktivitas
4.Kreativitas
5.Optimisme
f. Fungsi Pendidikan Muhammadiyah
1)Alat dakwah kedalam dan keluar
anggota Muhammadiyah
2)Tempat pembibitan kader
3)Gerakan amal anggota
4. PERGURUAN DINIYAH PUTERI PADANG PANJANG
Didirikan pada tanggal 1 November
1923 di Padang Panjang oleh Rahmah El Yunusiah. Ia lahir pada tanggal 29
Desember 1900 ibunya bernama Rafiah sedangkan ayahnya bernama Syekh Muhammad
Yunus. (Ilham, 2011)
a. Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri
Karena adanya rasa ketidakpuasan terhadap Diniyah
School yang didirikan tahun 1915 oleh kakak kandungnya Zainudin Labay.
b. Tujuan Pendidikan Diniyah Putri
Yaitu: melaksanakan penndidikan dan pengajaran
berdasarkan Islam dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa Islam dan ibu
pendidikan yang cakap, aktif serta bertanggung jawab terhadap tanah air atas
dasar pengabdian terhadap Allah swt. (Ilham, 2011)
c. Dasar Pendidikan Diniyah Putri
Didasarkan pada ajaran islam dan berpedoman terhadap
Al-Quran dan Sunnah.
d. Cara Mencapai Tujuan Pendidikan
1.Program Pendidikan Umum (General
Education)
2.Program Pendidikan Agama Islam
3.Program Pendidikan Untuk Menjadi
Ibu Pendidik yang Baik
4.Program Pendidikan Keterampilan
(Umar, 2005)
e.Program Pendidikan Asrama
Asrama sebagai salah satu wahana pembinaan para santri
yan mempunyai program yaitu: melatih anak didik bagai mana cara hidup
bermasyarakat, memimpin serta dipimpin dan mempraktekkan semua ilmu yang
diperoleh pada pagi hari tadi.
f.Sikap Perguruan Terhadap
Pemerintahan Belanda
Ia tidak mau dibujuk bahkan berkompromi terhadap
pemerintahan Belanda, sehingga tawaran untuk menjadi sekolah negeri ditolaknya.
g. Jenis Pendidikan
1. Sekolah Menyesal
2. Sekolah Taman Kanak-Kanak
3. Sekolah Diniyah Putri Rendah
4. Sekolah Diniyah Putri Bagian
A
5. Sekolah Diniyah Putri Bagian
B
6. Sekolah Diniyah Putrid
Bagian Pertama (DPM) Bagian C, lama belajar 2 tahun
7. Sekolah Kulliyatul Mu’amalat
Al-Islamiyah (Kmi), lama belajar 3 tahun
8. Perguruan Tinggi Diniyah
Puteri
(Ilham, 2011)
Jenis Sekolah Yang Ada Sampai Saat Sekarang Adalah:
1) Taman kanak-kanak rahmah el
yunusiah.
2) Madrasah ibtidaiyah (MI).
3) Sekolah diniyah putrid menengah
pertama (DMP).
4) Kuliyatul mu’alimat el islamiyah
(KMI).
5) Pendidikan guru taman kanak-kanak
islam (PGTKI).
6) Sekolah tinggi ilmu tarbiyah
(STIT).
(Tim, 2008)
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
A. PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN
Masalah pokok pendidikan yang
menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya ada
empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan,
masalah efisiensi pendidikan, masalah relevansi pendidikan.
1.Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah
persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh
pendidikan. (Tim, 2008)
Masalah ini dapat dipecahkan dengan
dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional
misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif
misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka. (Hartoto, 2008)
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan umumnya dilihat dari
hasil (output) pendidikan itu sendiri. Mutu pendidikan dipermasalahkan
jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah mutu
pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.
Pemecahan masalah mutu pendidikan
dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak,
personalia, dan manajemen pendidikan.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Pendidikan dikatakan efisiensi
(ideal) ialah bila penyelenggaraan pendidikan tersebut hemat waktu, tenaga,
biaya tetapi produktivitas (hasil) optimal. Pendidikan dikatakan efisiensi bila
pendayagunaan sumber daya yang ada (waktu, tenaga, biaya) tepat sasaran. Kadar
efisiensi tentu tergantung pada pemberdayaan sumber daya tersebut. (Tirtahardja,
2005)
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah ini
berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan
yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang membutuhkan
tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah
relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang
tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan
pendidikan di atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya
lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan
tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja. (Ebekunt, 2009)
B. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi
berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju
pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana
kehidupan.
1. Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di
negara kita, terutama dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat
segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalam
masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Seni merupakan kebutuhan hidup manusia.
Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana
pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam sistem pendidikan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2
hal yaitu: pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk.
3. Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat
sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi
tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan
terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikan.
4. Keterbelakangn Budaya dan
Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal
misalnya letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan
masyarakat terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis
kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan
tersebut.
(Hartoto, 2008)
PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN NASIONAL
1. PENGELOLAAN
PENDIDIKAN
Pembaharuan
program dan pengelolaan pendidikan secara eksplisit dicantumkan pada UU pokok
pendidikan terbaru (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan).
(Tim, 2008). Pengelolahan pendidikan berawal dari inovasi pendidikan. Inovasi
pendidikan adalah suatu ide , barang, metode, yang dirasakan atau di amati
orang(masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery
(baru ditemukan orang), yang digunakan untukmencapai tujuan pendidikan atau
untuk memecahkan masalah pendidikan.
Tujuan
inovasi pendidikan adalah meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan
efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan
hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kreteria kebutuhan perserta didik,
masyarakat dan pembangunan), dengan menggunakan sumber
tenaga, uang alat,dan dan waktu dalam jumlah sekecil-kecilnya. (Burhanuddin,
2010)
2. GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
Pembaharuan tenaga pendidikan antara
lain pada peningkatan kualifikasinya. Dewasa ini tenaga kependidikan yang
berstatus guru/dosen harus keluaran pendidikan tinggi. Untuk menjadi guru SD
minimal harus memiliki kualifikasi D II PGSD yaitu SPG/SGO lama yang telah
diintegrasikan ke universitas yang merupakan proses diploma non gelar (SO).
Dengan pembaharuan seperti ini maka untuk mengajar di SLTP minimal D III, di
SLTA tentu harus S1 (program gelar) dan untuk menjadi dosen syarat minimalnya
harus dikualifikasi S2 (master). (Tim, 2008)
3. PROSES
PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran di Indonesia
berdinamika sejalan dengan perkembangan zaman. Dewasa ini, proses pembelajaran
dilakukan dengan berbagai variasi, baik itu metode, strategi, media, dan
pendekatan. Kesuksesan dari suatu proses pembelajaran tergantung pada kemampuan
guru dalam membawakan pelajaran yang ia ajarkan.
4. DANA
PENDIDIKAN
Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan
kelihatannya semakin meningkat, karena biaya pendidikan semakin mahal. Keadaan
seperti ini logis saja, karena pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan butuh
dana baru atau tambahan terhadap alokasi dana sebelumnya. Hal ini berkaitan
pula dengan nilai mata uang. Tingkat implasi yang semakin tinggi memerlukan
penyesuaian di bidang pendanaan tersebut. (Tim, 2008)
5. KURIKULUM
Dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah perangkat atau rencana yang disusun untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum mencakup dua aspek, yaitu aspek kesatuan
nasional dan aspek local. (Hartoto, 2008)
Berikut
ini adalah usaha pembaharuan kurikulum di Indonesia dari awal hingga sekarang.
- KURIKULUM
1968
`Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat p
olitis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Kurikulum 1968 disebut sebagai
kurikulum bulat, artinya hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual
di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan.
- KURIKULUM
1975
Kurikulum 1975 disetujui oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional dilaksanakan bertahap
mulai tahun pengajaran 1976 dengan catatan, bahwa bagi sekolah-sekolah yang
menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenankan melaksanakannya
mulai tahun 1975 .
Kurikulum 1975 memiliki ciri -ciri
khusus sebagai berikut:
1) Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Setiap guru harus mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap
murid di dalam menyusun rencana kegiatan belajar -mengajar dan membimbing murid
untuk melaksanakan rencana tersebut.
2) Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti
setiap pelajaran dan bidang pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang
tercapainya tujuan yang lebih akhir.
3) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum 1975
bukan hanya dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di
dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu pengetahuan
sosial dan pendidikan agama.
4) Kurikulum 1975 menekankan pada efisiensi dan efektivitas
pengguna dana, daya dan waktu yang tersedia.
5) Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik
penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).
6) Organisasi pelajaran meliputi bidang -bidang studi:
agama, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan
kesehatan, keterampilan , disamping Pendidikan Moral Pancasila dan integrasi
pelajaran pelajaran yang sekelompok.
7) Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang
situasi belajar-mengajar sebagai suatu sistem yang meliputi komponen -komponen
tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan
metode pembelajaran.
8) Sistem Evaluasi, dilakukan penilaian murid-murid
pada setiap akhir satuan pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai -nilai
yang dicapai muridmurid pada setiap akhir satuan pembelajaran.
- KURIKULUM
1984
Kurikulum ini banyak dipengharuhi
oleh aliran psikologi Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu
yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah dan meneliti
lingkungannya. Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses,
disampin g tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984
adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode
1980 -1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta
— periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya
di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi
mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
- KURIKULUM
1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu
kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang
berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan
(isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasana pendidikan di
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori
tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic
Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di
sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup
banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode
tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang -Undang no.
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sis tem semester ke
sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri -ciri yang menonjol dari
pembe rlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan
pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Pembelajaran di sekolah lebih
menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi
pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis,
yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masya rakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya
memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat
memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen
(terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. Dalam
pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke
hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang
sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap
sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya
kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari
kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di
antaranya sebagai berikut:
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya
mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena
kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna
karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Permasalahan di
atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong
para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu
upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan
tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan
kurikulum, yaitu Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
- KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
Kurikukum yang dikembangkan saat ini
diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi)
tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang
telah ditetapkan. Competency Based Education is education
geared toward prepa ring indivisuals to perform identified competencies. Hal
ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang
mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah
perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran. Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarahkan pada dua
pengembangan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa
datang, maka pendidikan di sekolah dititipi seperangkat misi dalam bentuk
paket-paket kompetensi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
se cara individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar
( learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
- KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun
ajaran 2006/2007 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing -masing Nomor 22 Tahun
2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan
oleh BSNP.
(Nyoman, 2011)
6. PERLUASAN
PELAYANAN PENDIDIKAN
Dalam kaitan dengan perluasan
pelayanan pendidikan, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang:
a. Usaha
pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan.
b. Usaha
pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada
semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara
proporsional.
c. Usaha
pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu
memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
melalui pendidikan.
d. Usaha
pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang
belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.
e. Pengadaan
buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat
f. Usaha
pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan
ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan
idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.
g. Usaha
pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam
kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di
bidang olahraga.
h. Usaha
pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia.
(Qym, 2008)
7. STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :
a) Standar
Kompetensi Lulusan
b) Standar
Isi
c) Standar
Proses
d) Standar
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
e) Standar
Sarana dan Prasarana
f) Standar
Pengelolaan
g) Standar
Pembiayaan Pendidikan
h) Standar
Penilaian Pendidikan
PENDIDIKAN DAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
A. KONSEP PEMBANGUNAN
SEBAGAI USAHA PERUBAHAN YANG TERENCANA
Dalam GBHN, hakikat
Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia, yang
dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur
yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri,
berkeadilan, sejahtera, maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya serta
religius.
Pembangunan yang dilaksanakan harus
bertujuan dan bertolak dari manusianya, pembangunan yang berakar dari
peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia, maka posisi manusia
jelas sebagai objek dan subjek dalam pembangunan.
Manusia sebagai objek pembangunan
sasarannya harus terarah pada pembangunan manusia itu sendiri (rohani) seperti
: kemampuan penalaran, sikap diri, social pada lingkungan dan kemampuan
berusaha. Fuad Hasan dalam Umar Tirtarhardja dkk., menyatakan “Manusia adalah
makhluk yang terentang antara potensi dengan aktualisasi”. Manusia sebagai
objek pembangunan diarahkan kepada kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan
lingkungan secara dinamis, kreatif dan manusiawi, usaha inilah yang disebut
pembangunan.
B. PERANAN MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN
Setiap pembangunan yang
diaktualisasikan melalui pendidikan selalu berurusan dengan manusia, karena
manusia yang dapat di didik dan membangun. Immanuel Kant menyatakan “Bayi bisa
menjadi manusia bila berada di tengah-tengah manusia”. Oleh karena itu
pembangunan harus diarahkan pada pembangunan manusianya sebagai satu-satunya
makhluk di bumi ini yang dikarunia potensi untuk menyempurnakan diri walaupun
tidak akan pernah tercapai.
Dr. Emil Salim (dalam Tim, 2008) menyatakan bahwa pembangunan harus didasarkan atas prinsip moral dan memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1. Pembangunan
adalah ibadah kepada Allah SWT sehingga perkembangan setiap penglihatan dan
perilaku harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT.
2. Pembangunan
memuat kegiatan mengejar kemajuan lahiriah seperti : pendidikan, kebebasan dan
keadilan.
3. Dalam
melaksanakan pembangunan manusia memiliki tanggung jawab selaku pengelola di
muka bumi, sehingga perbuatannya dapat diperhitungkan.
4. Pembangunan
tertuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang memuat ciri
keselarasan hubungan antara manusia dengan masyarakat lingkungannya.
5. Pembangunan
adalah pembebasan diri manusia dari berbagai hambatan perbuatan manusia seperti
kemiskinan, ketidak tahuan, ketidak adilan, ketidak bebasan dan ketimpangan
sosial agar tercapai kualitas dan martabat manusia setinggi-tingginya.
C. Peranan Pendidikan Dalam
Pembangunan Nasional
Beberapa peranan
pendidikan dalam Pembangunan Nasional berkenaan dengan perubahan masyarakat,
pengembangan sumber daya manusia dan pemeliharaan lingkungan hidup.
1. Peranan pendidikan
dalam pembangunan pada umumnya
Peranan pendidikan terhadap pembangunan dari berbagai segi, seperti :
a. Segi sasaran Pendidikan
Peranan pendidikan terhadap pembangunan dari berbagai segi, seperti :
a. Segi sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang
diarahkan kepada peserta didik upaya menjadi manusia yang memiliki kepribadian
kuat dan utuh seperti memilki moral yang tinggi artinya tujuan citra manusia
pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang menjadi sumber daya
pembangunan secara manusiawi.
b. Lingkungan Pendidikan
Dalam lingkungan keluarga anak
sebagai calon manusia pembangunan harus ditempa dengan baik tentang
keterampilan, etika dan moral serta nilai-nilai agama. Hal ini merupakan landasan
yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
c. Lingkungan
Sekolah
Dalam pendidikan formal (sekolah)
peserta didik dibekali beberapa keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal
untuk kemampuan kerja, bekal ini merupakan sarana penunjang pembangunan dalam
berbagai bidang.
d.
Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat peserta
didik memperoleh bekal praktis dalam berbagai jenis pekerjaan, khususnya bagi
yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, hal ini bertalian erat dengan perkembangan sector swasta dalam
masyarakat sehingga mampu menunjang pembangunan.
e. Jenjang
Pendidikan
Jenjang
pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi memberikan bekal bagi peserta
didik secara terus menerus sekaligus merupakan basis pendidikan yang
berkualitas.
Pengembangan system pendidikan
nasional merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan wawasan nusantara yang
mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, social
budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan.
Oleh karena itu pembangunan tidak
terbatas pada pembangunan ekonomi dan industri semata tetapi meliputi
upaya-upaya yang beragam sesuai dengan keanekaragaman masalah dan rintangan
kebutuhan suatu masyarakat.
(Husein,
2011)
2. Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia
Peranan pendidikan dalam
pengembangan sumber daya manusia diantaranya :
a. Mencerdaskan
kehidupan bangsa.
b. Membangun
manusia sebagai pelaksanan transformasi.
c. Membina
manusia menjadi tenaga produktif.
d. Membentuk
kepribadian yang berorientasi kepada prestasi.
e. Memperhitungkan
dimensi sumber daya manusia dan pengembangan lapangan kerja.
f. Merubah
pola pikir masyarakat yang masih pada taraf rendah.
(Tirtahardja, 2005)
3. Peranan pendidikan dalam
pemeliharaan lingkungan hidup
Secara umum yang dimaksud dengan
lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan yang mempengaruhi kehidupan
makhluk, termasuk manusia. Untuk itu lingkungan hidup perlu ditata dan
dimanfaatkan dengan penuh perhitungan agar dapat membawa makna bagi manusia
sebagai pengelola sekaligus yang menikmati hasil lingkungan hidup itu sendiri.
Peranan pendidikan dalam pembangunan lingkungan hidup, sebagai berikut.
a. Memberi
arahan pada manusia bahwa memelihara, mengelola dan melestarikan lingkungan
hidup adalah suatu keharusan.
b. Memberikan
bimbingan bahwa pengendalian alam harus bersifat rasional dan tidak merusak
tata lingkungan hidup manusia.
c. Supaya
pembangunan yang dilaksanakan dapat menjaga keseimbangan dan pembinaan
ekosistem.
d. Untuk
mengolah sumber daya alam manusia dapat memberikan manfaat bagi manusia.
e. Untuk
menyelaraskan antara kebutuhan manusia dengan daya dukung alam yang ada.
f. Membudayakan
pola hidup yang serasi dengan ekosistemnya.
(Tim, 2008)
PENDIDIKAN MASA DEPAN
A. PERKIRAAN
MASYARAKAT MASA DEPAN
Di Indonesia pendidikan nasional
dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Dewasa
ini perkembangan kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek
kehidupan. Percepatan itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa
karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di
masa depan. Perubahan tersebut antara lain sebagai berikut.
- Kecenderungan
Globalisasi
Globalisasi berarti keseluruhan atau
secara umum, sehingga bumi ini seakan-akan sebagai satu kesatuan tanpa batas
administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan
antar bangsa di dunia. Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek
kehidupan dan penghidupan manusia, menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan
dengan dampak yang berbeda- beda. Menurut Emil Salim (dalam Tirtahardja, 2005)
terdapat empat kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol.
Bidang tersebut meliputi iptek, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan.
Kajian keempat bidang tersebut sebagai berikut :
a. Bidang
IPTEK yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat, utamanya dengan
menggunakan teknologi canggih seperti komputer dan satelit. Globalisasi iptek
tersebut memberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa
batas negara.
b. Bidang
ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa
mengenal batas-batas negara.
c. Bidang
lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup di negara tertentu juga akan
berdampak pada negara lainnya. Contohnya kebakaran hutan yang asapnya sampai ke
Negara-negara tetangga.
d. Bidang
pendidikan yang berkaitan dengan identitas bangsa termasuk budaya nasional dan
budaya -budaya nusantara.
2. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Perkembangan IPTEK yang semakin
cepat dalam era globalisasi ini merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat
masa depan. Percepataan perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan landasan
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Segi landasan ontologis objek telaah
adalah berupa pengalaman dan semua wujud yang dapat dijangkau lewat alat indra
telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya piranti yang
membantu alat indra tersebut. Dari segi epistemologis cara yang dipakai untuk
memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami
perkembangan yang pesat. Selanjutnya landasan aksiologis atau untuk apa iptek
itu dipergunakan, yang mempersoalkan untuk apa IPTEK itu dipergunakan secara
moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Dan terdapat serangkaian kegiatan
pengembangan dan pemanfaatan IPTEK, yakni :
a. Penelitian
dasar ( basic research )
b. Penelitian
terapan ( applied research )
c. Pengembangan
teknologi ( technological development )
d. Penerapan
teknologi
(Mahendra, 2011)
3. Arus Komunikasi yang
Semakin Padat dan Cepat
Salah satu perkembangan IPTEK yang
luar biasa adalah perkembangan informasi dan komunikasi, utamanya satelit
komunikasi, komputer dan lainnya. Begitu pula yang terjadi di Indonesia
kemajuan itu telah mendorong perubahan masyarakat dari petani menjadi
masyarakat industri dan informasi. Seiring dengan itu komunikasi antar manusia
yang berbeda dalam latar kebangsaan dan kebudayaan makin meluas karena kemajuan
transportasi dan telekomunikasi.
Meskipun teknologi informasi dan
komunikasi telah mengalami perkembangan yang pesat, namun belum merata pada
semua negara. Perkembangannya di negara berkembang masih sangat lambat karena
didominasi oleh negara-negara maju. Untuk itu diperlukan upaya – upaya untuk
merebut teknologi tersebut. Namun, terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Pengembangan
teknologi satelit yang mutakhir.
b. Penggunaan
teknologi digital yang mampu menyalurkan signal yang beragam.
c. Di
bidang media cetak antara lain penggunaan VDT ( video display terminal ), surat
kabar elektronik, dan sistem cetak jarak jauh.
d. Di
media elektronik antara lain penggunaan DBS ( direct broadcast satelitte ).
Kesemua hal itu akan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat informasi sebagai
masyarakat masa depan.
(Mahendra, 2011)
4. Peningkatan Layanan
yang Semakin Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat
masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan profesional dalam berbagai
bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang semakin cepat serta
perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota
masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis
yang semakin tinngi. Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan
tertentu, yang mempunyai keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan. Di bawah
ini berbagai ciri profesi, yaitu:
a. Lebih
mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu harus mendapat
pengakuan dari masyarakat.
b. Terdapat
sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur
yang unik, serta memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mempalajarinya
sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksanakan
layanan itu.
c. Terdapat
suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang
kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
d. Terdapat
suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku dan cara
kerja dari anggotanya itu.
e. Terdapat
organisasi profesi yang akan berfungsi menjaga layanan profesi dan melindungi
kepentingan dan kesejahteraan anggotanya.
f. Pemangku
profesi memandang profesinya sebagai suatu karir hidup dan menjadi seorang
anggota yang relatif permanen serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan
profesinya dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sendiri.
(Tim, 2008)
B. ANTISIPASI
TERHADAP PENDIDIKAN MASA DEPAN
1. Tuntutan bagi
Pendidikan Masa Depan
Masyarakat masa depan dengan ciri
globalisasi, kemajuan IPTEK, dan kesempatan menerima arus informasi yang cepat
tetntulah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan
serta siap menyesuaikan diri dengan situasi yang baru tersebut. Untuk itu
pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang mampu menghadapi
tantangan zaman baru yang akan datang. Yang melahirkan generasi yang “ think
globally but act locally”. Sehingga diperlukan pula penggarapan pendidikan yang
baru yang harus menyeluruh mulai dari lapis sistem/nasional, lapis
institusional, sampai pada lapis individual. Pada lapis sistem, secara nasional
telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan dalam sejumlah perundang
– undangan, utamanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas beserta serangkaian
aturan pelaksanaannya. Penggarapan pada lapisan institusional berkaitan dengan
aspek kelembagaan seperti : kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan,
sarana dan prasarana. Sedangkan pada lapis individual penggarapan upaya
pembaharuan utamanya terkait dengan semua personal yang terlibat dalam
pendidikan yaitu guru dan siswa. Keberhasilan terhadap antisipasi masa depan
pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan.
Pembangunan manusia indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan
negara indonesia pada abad ke 22 yang akan datang.
2. Upaya Mengantisipasi
Masa Depan
a. Perubahan
Nilai dan Sikap
Nilai dan sikap memang memegang peranan penting dalam
membentuk wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma atau kaidah yang
menjadi rujukan atas perilaku. Nilai-nilai tersebut bersumber dari nilai agama,
hukum, adat istiadat, kesopanan, moral dan lainnya baik yang tertulis ataupun
tidak tertulis. Salah satu pengaruh nilai – nilai tersebut akan tampak dalam
sikap seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum maka sikap selalu terkait
dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai
dengan sikap terhadap objek tersebut.
Pembentukan pengubahan nilai dan
sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
pembiasaan, pelaksanaan dan sebagainya. Perubahan nilai dan sikap dalam rangka
mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat
diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pembaharuan dan
pelestarian. Nilai-nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan
Indonesia semestinya akan tetap dilestarikan agar terhindar dari krisis
identitas.
b. Pengembangan
Budaya dan Sarana Kehidupan
Kebudayaan adalah hasil karya
manusia melalui cipta dan karsa yang berkaitan dengan religi, kesenian, bahasa,
pengetahuan sampai sisem teknologi dan peralatan. Berkaitan dengan hal itu
UNESCO telah menetapkan konsep Dasawarsa Kebudayaan Sedunia yang menekankan
bahwa pengembangan kebudayaan dunia masa kini harus meliputi empat dimensi
yakni :
1. Afirmasi
atau penegasan dimensi budaya dalam proses pembangunan, karena pembangunan akan
hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan masyarakat / bangsa yang
bersangkutan.
2. Mereafirmasi
dan mengembangkan identitas budaya, dan setiap kelompok manusia berhak diakui
identitas budayanya.
3. Partisipasi,
yakni dalam pengembangan suatu bangsa dan negara maka partisipasi yang optimal
dari masyarakat adalah mutlak diperlukan.
4. Memajukan
kerja sama budaya antarbangsa yang merupakan tuntutan mutlak era globalisasi.
c. Pengembangan
Sarana Pendidikan
Dalam menyongsong era globalisasi
yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus
memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (dalam
Mahendra, 2011) mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut
yakni :
1. Pendidikan
untuk mengembangkan iptek, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital,
seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2. Pendidikan
untuk mengembangkan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang
relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instrumen operasional
untuk berkiprah dalam globalisasi.
3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.
4. Pendidikan
untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, ideologi demi
ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Pendidikan
untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan pelatihan, terhadap pengelola
sistem pendidikan formal dan non-formal, demi penggalakan peningkatan
pemerataan mutu, relevansi, dan efesiensi sumber daya manusia serta
keseluruhan.